Di Kalimantan Selatan, ada jenis cabai rawit yang diklaim sebagai cabai terpedas di Indonesia. Cabai itu adalah cabai hiyung yang tingkat kepedasannya mencapai 17 kali lipat.
BAGI orang Indonesia, makan kurang sedap tanpa adanya cabai atau sambal. Rasa pedas dari kandungan capsaicin pada cabai dirasa mampu meningkatkan nafsu makan. Karenanya sambal pun selalu tersedia di setiap hidangan. Semakin pedas semakin tinggi pula nafsu makannya. Cabai rawit hiyung dari Kalimantan Selatan ini bisa dipilih untuk membuat sambal.
Di balik rasa pedasnya, cabai hiyung memiliki keunikan. Cabai tersebut hanya bisa ditanam di daerah Kalimantan Selatan. Jika ditanam di daerah lain, rasanya pedasnya tidak terasa. Sesuai dengan namanya, cabai yang diklaim sebagai cabai terpedas di Indonesia ini hanya tumbuh di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kalimantan Selatan. Jenis cabai ini juga bisa ditanam di daerah lain di Kalimantan Selatan.
Namun menurut petani sekitar, tingkat kepedasan dari cabai tersebut akan jauh berkurang jika ditanam di daerah lain. Bahkan rasanya cenderung tidak pedas. Menurut hasil penelitian Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen milik Kementerian Pertanian RI, cabai hiyung memiliki tingkat kepedasan mencapai 2333,05 ppm. Tingkat kepedasan tersebut setara dengan 17 kali lipat kepedasan dari jenis cabai biasa.

Selain memiliki tingkat kepedasan yang tinggi, cabai hiyung memiliki keunggulan lainnya, yakni dari segi keawetan yang bisa bertahan hingga 8 sampai 10 hari lamanya. Hal itu juga dibuktikan oleh Junaidi saat dirinya mengantar cabai hiyung ke pameran tingkat nasional di berbagai daerah di Indonesia.
“Boleh dibilang cabe terpedas dan terawet di Indonesia menurut penelitian itu. Kalau di tingkat dunia, belum ya. Tapi kita bangga punya cabai ini,” jelas Junaidi, seperti yang dikutip dari Good News From Indonesia.
Para petani pun memaksimalkan penjualan cabai dengan berinovasi membuat produk lain, seperti Abon Cabe Hiyung yang dihargai seharga Rp 15 ribu perbotolnya. Hal itu pun berbuah manis. Cabai hiyung dan produk lainnya tidak hanya didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia saja, melainkan hingga ke luar negeri seperti Spanyol dan Jepang.
Kesuksesan petani cabai hiyung turut mendapat dukungan dari pemerintah setempat, karena dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Pemerintah Kabupaten Tapin pun mengembangkan 200 hektare lahan untuk tanaman cabai hiyung di daerah tersebut.
Bukan hanya itu, cabai hiyung sudah terdaftar sebagai varietas tanaman lokal di Kementerian Pertanian dengan nomor 09/PLV/2012. Meski begitu, para petani kerap mengalami hambatan saat menanam cabai hiyung.
Misalnya kondisi alam dan cuaca seperti musim hujan. Selain itu, kebakaran juga pernah menjadi hambatan saat menanam cabe hiyung akibat dari kebakaran hutan dan lahan. (GNFI)