Tradisi lisan menyebut, nama Samarinda dilatarbelakangi oleh posisi sama rendahnya permukaan Sungai Mahakam dengan pesisir daratan kota yang membentenginya.
DULU, tiap kali air sungai pasang, kawasan tepian kota selalu tenggelam. Biar tidak tenggelam lagi, makanya tepian Mahakam ditimbun berkali-kali. Sampai sekarang, katanya kawasan itu udah bertambah sekian meter dari ketinggian semula.
Menurut Oemar Dachlan –tokoh wartawan senior Kalimantan Timur– asal kata “sama randah” berasal dari bahasa suku Banjar. Disebut demikian karena permukaan tanah yang tetap rendah, tidak bergerak, dan bukan permukaan sungai yang airnya naik-turun.
Alasannya, jika patokannya sungai, maka istilahnya adalah “sama tinggi”, bukan “sama rendah”. Sebutan “sama randah” inilah yang mula-mula disematkan sebagai nama lokasi yang terletak di pinggir sungai Mahakam. Lama-kelamaan, nama itu berkembang jadi sebuah lafal yang melodius: “Samarinda”.
Kendati begitu, ada pelbagai versi lain mengenai latar belakang terciptanya nama Kota Samarinda. Versi pertama berdasarkan persamaan ukuran tinggi rumah-rumah rakit/terapung penduduk Bugis Wajo. Letaknya di Samarinda Seberang yang tidak ada yang lebih tinggi antara satu dengan yang lain. Makanya disebut “sama rendah”, yang juga bermakna tatanan kemasyarakatan yang egaliter.

Versi kedua berdasarkan persamaan ukuran tinggi Sungai Mahakam dengan daratan di tepiannya yang sama-sama rendah. Sampai awal dasawarsa 1950-an, setiap air Sungai Mahakam pasang naik, sebagian besar jalan-jalan di Kota Samarinda selalu terendam air. Terlebih lagi jika sedang pasang besar, ada beberapa jalur jalan yang sama sekali tidak dapat dilintasi kendaraan karena ketinggian air yang merendamnya.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, sejak awal 1950-an, dilakukan penurapan lalu jalan ditinggikan hingga berkali-kali. Pada 1978, ketinggian total bertambah 2 meter dari permukaan awal sehingga jalan tidak lagi terendam kecuali Mahakam pasang luar biasa.
Versi ketiga berdasarkan asal kata dari bahasa Sansekerta, yaitu “Samarendo” yang berarti selamat sejahtera. Sementara versi keempat berdasarkan cerita rakyat bahwa nama Samarinda berasal dari bahasa Melayu dari kata “samar” dan “indah”.
Sampai menjelang akhir abad ke-20 atau sekitar dekade 1980-an, masyarakat masih menyebut Kota Samarinda dengan lafal “Samarenda” –pengucapan huruf “e” seperti pada kata “beta”– walaupun dalam bahasa penulisannya sudah berubah menjadi “Samarinda”. (wikipedia)